Model Tujuan Pembelajaran ABCD



Robert Heinich bersama rekan-rekannya, Michael Molenda, James D. Russell, dan Sharon E. Smaldino mengembangkan model tujuan pembelajaran ABCD dalam sebuah buku berjudul “Instructional Technology and Media for Learning” pada tahun 2001. Sesuai dengan namanya, model tujuan pembelajaran ABCD terdiri dari 4 elemen, yaitu: Audience (peserta), Behavior (perilaku), Conditions (kondisi), dan Degree (tingkatan). Penjelasan lebih lanjut terkait empat elemen tersebut akan diuraikan di bawah ini:

Audience (Peserta)

Identifikasi peserta pelatihan menjadi hal penting dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari peserta pelatihan diantaranya adalah, siapa yang menjadi sasaran dari program pelatihan yang akan disusun? Apa tingkatan pengetahuan mereka saat ini? Jenis bahasa yang harus digunakan? Dan bagaimana cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan kelompok ini?. Penyusunan program pelatihan memungkinkan untuk melakukan survey terlebih dahulu terkait gambaran dari peserta yang akan menjadi sasaran dari program pelatihan.


Contoh:


Pustakawan mampu ….


Staf pengembangan sumber daya manusia mampu …


Behavior (Perilaku)

Perilaku pada bagian ini mengacu pada perilaku yang harus ditunjukkan peserta pelatihan di akhir sesi pembelajaran. Dalam menentukan perilaku harus se-spesifik mungkin dan menghindari kata-kata yang sulit untuk diukur, seperti mengetahui, memahami, dll. Kata kerja yang bisa digunakan, seperti “mendemonstrasikan”, “mengidentifikasi”, dll. Untuk menentukan kata kerja ini dapat mengacu pada taksonomi bloom yang sudah dijelaskan pada tulisan sebelumnya.


Contoh:


Pustakawan mampu mendemonstrasikan penentuan tajuk subjek ….


Staf pengembangan sumber daya manusia mampu melakukan analisis pengembangan kompetensi pegawai …


Condition (Kondisi)

Kondisi pada bagian ini merujuk pada kondisi di mana peserta pelatihan diharapkan dapat mencapai perilaku yang ditargetkan. Kondisi ini dapat diartikan sebagai stimulus untuk peserta. Biasanya kondisi ini diberikan dalam bentuk kata benda yang dapat membantu peserta dalam mencapai perilaku yang ingin dicapai.


Contoh:

Pustakawan mampu mendemonstrasikan penentuan tajuk subjek dengan diberikan daftar tajuk subjek perpustakaan nasional ….

Staf pengembangan sumber daya manusia mampu melakukan analisis pengembangan kompetensi pegawai dengan diberikan SOP dari masing-masing unit kerja …

Degree (Tingkatan)

Elemen terakhir ini digunakan untuk mengukur capaian tujuan pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan elemen kedua, perilaku. Pada elemen kedua ditekankan bahwa penentuan kata kerja harus spesifik dan terukur. Pada elemen ini, lebih dijelaskan lagi standar pengukurannya.


Contoh:

Pustakawan mampu mendemonstrasikan penentuan tajuk subjek dengan diberikan daftar tajuk subjek perpustakaan nasional selama 30 menit

Staf pengembangan sumber daya manusia mampu melakukan analisis pengembangan kompetensi pegawai dengan diberikan SOP dari masing-masing unit kerja tanpa kesalahan.


 


Idealnya dalam menerapkan model tujuan pembelajaran diterapkan keempat elemen di atas. Namun dalam praktiknya, tidak semua lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal menggunakan keempat elemen tersebut. Salah satunya penerapan pada pelatihan di lembaga pemerintahan. Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penulisan Modul Pendidikan dan Pelatihan, elemen tujuan pembelajaran yang digunkaan minimal meliputi Audience dan Behavior (A dan B). Hal ini juga diterapkan pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Perpustakaan Nasional RI. Dalam merumuskan tujuan pembelajaran, elemen yang digunakan hanya mencakup Audience dan Behavior.

Penulis: Dian NF, M.Hum

Editor: Dwi Budyarti kurnia Sari

Sumber : https://pusdiklat.perpusnas.go.id/berita/read/167/model-tujuan-pembelajaran-abcd


Komentar